MAMUJU,MATALENSA.ID – LSM Jaringan Masyarakat Non Partisan (Jari Manis) Sulbar menggelar diskusi akhir tahun (29/12/17) di warkop NU Nine, Jalan Andi Makkasau, Karema, Mamuju.
Kegiatan bertema “Refleksi Akhir Tahun 2017 Dalam Perspektif Penguatan Pembangunan di Sulawesi Barat” itu dihadiri sejumlah Narasumber. Mereka di antaranya, Sekda Provinsi Sulbar H. Ismail Zainuddin, Wakil Ketua DPP KNPI Isra Daming Pramulya, praktisi hukum Muhammad Hatta Kainanh dan pihak akademisi, Amran HB.
Ketua LSM Jari Manis Sulbar Ashari Rauf, mengatakan kegiatan ini bertujuan mengajak sejumlah kalangan untuk merefleksi momen pergantian tahun.
“ini dalam rangka membangun perspektif secara bersama-sama untuk merefleksi pembangunan di Sulbar dari berbagai aspek, dan mendiskusikan seperti apa gambaran-gambaran pembangunan kedepan,” katanya.
“Saya selalu percaya dan yakin bahwa kaum muda, mahasiswa dan LSM masih berada di garis independen dalam melihat suatu kondisi pembangunan,” tambahnya.
Daya kritis kaum muda, lanjut Ashari, juga harus terus diasah melalui diskusi seperti ini, agar terbangun kesadaran untuk berkontribusi bagi pembangunan daerah.
“Juga agar kita selalu komitmen bukan hanya suka mengritik tetapi ikut bersama-sama menjadi generasi bangsa yang mampu berkontribusi memberikan solusi atas permasalah yang dihadapi dalam membangun daerah ini,” ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar H. Ismail Zainuddin mengatakan, dalam mengevaluasi keberhasilan suatu pembangunan di daerah dapat dilihat dari tiga hal. Pertama, kata dia, adalah implementasi visi misi dari seorang pemimpin
“Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar dalam RPJMD nya di tahun pertama adalah Sulbar yang maju dan Malaqbi. Maju itu adalah komitmen untuk membangun agar sejajar dengan provinsi lainnya. Sementara Malaqbi itu adalah komitmen untuk melaksanakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Inilah yang harus diwujudkan,” katanya.
Kemudian kedua, lanjutnya, maksimalisasi anggaran yang ada untuk mendukung kegiatan ataupun program yang dicanangkan pemerintah.
“Tentu, semakin banyak anggaran Sulbar maka akan semakin banyak yang bisa kita laksanakan atau kegiatan pembangunan. Kita ingin membangun infrastruktur, kita sangat butuh uang atau anggaran yang besar. Kita ingin membangun layanan pendidikan yang berkualitas sangat butuh uang yang besar. Begitupun kalau kita ingin membangun layanan kesehatan yang memadai butuh anggaran,” jelasnya.
Dalam kesempayan itu, Ismail juga memaparkan gambaran APBD Sulbar tahun 2017 dan APBD 2018 untuk menjadi bahan evaluasi secara bersama.
“Pendapatan kita untuk tahun 2017 itu sebesar 1 triliun 869 miliar rupiah. Pendapatan Asli Daerah kita itu hanya 334 miliar lebih. Kemudian, dana perimbangan kita yang bersumber dari pusat itu 1 triliun 534 miliar rupiah. Ini juga terdiri dari dana alokasi khusus dan dana lainnya. Kemudian belanja kita itu sekitar 1 Triliun 918 miliar rupiah. Jadi belanja modal untuk kegiatan kedepan itu 716 miliar rupiah,” urainya.
“Jadi dana kita ini memang masih sangat kecil untuk membangun Sulawesi Barat. Kita tidak bisa berharap bisa mengakselerasi pembangunan dalam waktu lima tahun ini,” sambungnya. (**)
Publish: Sudyrman